JAKARTA – Gelombang massa terus menggalir yang melakukan aksi protes keras terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kali ini datang dari, ratusan massa dari Barisan Penegak Keadilan (BPK). Aksi protes ini dilakukan dengan membawa puluhan anak ayam.
Itu sebagai simbol bahwa, eksistensi KPK saat ini, bak seperti anak ayam. Adapun ayam diketahui sebagai golongan hewan sebangsa unggas. Mempunyai dua sayap namun tidak bisa terbang layaknya burung rajawali. Padahal awal berdiri, KPK bagaikan burung rajawali, terbang melawan arah angin, bahkan semakin besar angin membuat ia terbang semakin tinggi.
“Awal mula lahir dari proses demokrasi KPK hidup seperti rajawali. Tetapi kini KPK seperti anak ayam yang enggak bisa berbuat apa-apa. Buktinya apa ? Novel Baswedan berulang kali disebut terkait politik, tapi tidak pernah ditindak oleh para pimpinan KPK,” kata Koordinator BPK Dhani, di Gedung KPK, Rabu (8/5/2019).
“Marwah KPK harus dijaga. KPK tak tegas tak berdaya, malah cenderung berpihak pada Novel dan gerbongnya yang justru ingin menghancurkan KPK,” kata Dhani lagi.
Dikatakannya, persoalan internal KPK yang tidak disiplin karena diduga berafiliasi dengan partai politik atau dalam hal ini Novel Baswedan yang pernah disebut sebut, ditambah nihilnya ketegasan pimpinan KPK dalam menjaga soliditas lembaga anti rasuah itu maka berpotensi turunnya frekuensi kepercayaan publik terhadap kinerja KPK.
Bila Komisi Pemburu Koruptor itu masih tak menggubris tuntutan mereka, maka pihaknya memastikan publik bakal bergerak karena marah dan berujung pada tumbang marwah KPK hingga ke titik nadir.
“Komisioner KPK yang tidak tegas, cari aman itu cenderung berpihak pada kubu Novel yang pernah dituding sebagai orangnya Gerindra alias 02. Atau jangan-jangan KPK dibawah komando Agus Rahardjo ini sudah mulai ikutan miring bermain politik. Tengok saja faktanya, pada masa Pilpres lalu KPK cuma menargetkan orang-orang yang ada di kubu pasangan nomor urut 01,” tuturnya.
Lalu, Novel Baswedan yang juga mantan seorang Polisi ini diduga kuat menjadi aktor kunci ingin sekali menyingkirkan penyidik KPK dari sumber Polri. Bahkan disinyalir Novel di bantu oleh eks pimpinan KPK yang berafiliasi di kubu paslon Prabowo-Sandi. Padahal tak bisa dipungkiri keberhasilan KPK, tak terlepas dari tangan-tangan penyidik dari sumber korps Bhayangkara.
“Internal KPK yang membentuk Wadah Pegawai (WP) KPK itu diduga ingin menyetir Agus Rahardjo cs dan harapannya bisa menuruti semua kemauannya. Salah satunya adalah ingin menyingkirkan penyidik profesional dari Polri. KPK membutuhkan penyidik dari Polri. Dan penyidik internal KPK itu sendiri dari proses perekrutannya pun masih mendapatkan sorotan dan perhatian. Sangat aneh seorang penyelidik bisa naik tingkat menjadi penyidik KPK tanpa dilakukan tes,” papar Dhani.
Dhani menekankan jika penyidik profesional dari Polri disingkirikan, maka akan menjadi keuntungan bagi para koruptor. Untuk itu BPK ingatkan agar KPK menyelesaikan internalnya sehingga bisa profesional, independen, proporsional dan tidak bermain politik.
Bahkan bila KPK ingin dipandang netral, BPK menantang dalam kurun waktu 7 x 24 jam, buktikan dengan melakukan OTT KPK ke barisan pendukung 02.
“Dibalik kegaduhan ini, nampaknya ada skenario balas dendam dan terperangkap oleh sihir politik. Untuk itu rakyat masih ragukan KPK saat ini. KPK harus buktikan jadi rajawali jangan jadi ayam,” pungkasnya.