Sumbar – Para tokoh/pemuka agama dan tokoh wali nagari, pemuda, serta ratusan masyarakat Nagari Panyalaian menghadiri kegiatan Wirid / Halaqoh Mingguan di Masjid Nurul Fallah Nagari Panyalaian Kec. X Koto.
Dalam acara Wirid / Halaqoh kali ini, juga disampaikan pesan-pesan dan himbauan kepada para jamaah dan masyarakat luas, akan pentingnya menjaga stabilitas Kamtibmas yang menjadi salah satu kunci utama keberlangsungan kehidupan bermasyarakat, terutama menjelang Pemilu 2024 yang pentahapan nya sudah dimulai.
Salah satu faktor yang dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan Pemilu 2024 adalah gangguan keamanan, baik yang bersifat umum, maupun khusus, yakni permasalahan radikalisme dan terorisme yang diawali dari sikap intoleransi.
Maka dari itu dalam kesempatan yang baik ini, salah satunya ditujukan untuk menumbuhkan daya imun masyarakat Kec. X Koto dan Sumatera Barat pada umumnya, dari penyebaran pemahaman radikal yang akan membuat orang menjadi intoleran dalam pemikiran dan perilaku karena merasa dirinya sudah dan paling benar.
Disinilah istimewanya Urang Minang yang memegang teguh petita-petiti / falsafah ; “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, dapat dipahami secara sederhana maknanya adalah bahwa adat Minangkabau bersendikan atau berdasarkan Syariat Islam dan agama Islam itu sendiri dasarnya adalah Al-Qur’an (Kitabullah), falsafah itulah yang menjadikan masyarakat Minangkabau terus menjaga adat-istiadat, termasuk dalam beragama yang sudah dijalankan secara turun-temurun.
Alim Ulama terus mengingatkan agar masyarakat dan para jamaah sekalian untuk tidak mudah terpengaruh dengan pemahaman dan tata-cara / perilaku ekslusif yang dianut oleh komunitas yang menyebarkan pemahaman baru dengan dalih “Pemurnian Islam” karena mereka beranggapan bahwa keyakinan dan tata-cara beribadah Islam di Indonesia, masih banyak yang dicampur adukkan dengan adat dan budaya.
Saat-saat menjelang pesta demokrasi yang dalam beberapa bulan ini akan diselenggarakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia, pasti akan dimanfaatkan oleh para politikus dan tim suksesnya, untuk menggalang dukungan suara, dengan cara apapun.
Akan sangat bagus jika yang dipertandingkan adalah tentang konsep-ide-gagasan untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyatnya, namun apa yang kita saksikan saat ini, justru nampak adanya rivalitas dan kompetisi untuk saling “menyerang” satu-sama lainnya, saling mengkritik melalui media masa maupun media sosial. Jika hal ini didiamkan saja oleh para tokoh masyarakat dan alim ulama, maka niscaya rakyat akan terbelah-belah sesuai dukungan politiknya.
Hal itu tidak boleh terjadi, karena kita sesungguhnya bersaudara, sesama rakyat Indonesia yang diikat dengan Bhineka Tunggal Ika dalam satu bingkai NKRI. Meskipun berbeda dukungan politiknya, namun harus tetap bersaudara, gunakan hak suara kita secara bebas dan bertanggung jawab dan apapun hasilnya, harus kita dukung bersama, karena kehidupan bermasyarakat harus terus berjalan demi keluarga dan anak-cucu kita. Biarlah Pemerintah terpilih nantinya yang akan menjalankan program serta janji politiknya untuk kebaikan bangsa, negara dan rakyatnya.
Semoga Indonesia akan menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghofur, sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan segenap alam dan menjadikan kebaikan perilaku rakyatnya.