Fernando Emas: Demokrasi Harus Bermartabat, Bukan Anarki

oleh -2 Dilihat

Jakarta – Menjelang peringatan satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, berbagai kalangan menyerukan agar aksi-aksi refleksi masyarakat tidak berubah menjadi ajang kericuhan.

Pesan menyejukkan ini muncul dalam tayangan Podcast Koma.id bertema “Dari Jalan ke Ruang Bicara: Refleksi 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran”, yang menghadirkan Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, bersama host Abdullah Kelrey, Selasa (15/10/2025).

Dalam perbincangan tersebut, Fernando menegaskan bahwa kritik dan aksi protes adalah bagian dari demokrasi, namun harus dijalankan secara elegan dan bertanggung jawab.

“Aspirasi boleh disampaikan, tapi jangan sampai merusak fasilitas publik atau menimbulkan kerusuhan. Itu bukan lagi demokrasi, tapi kriminal,” tegas Fernando.

Menurutnya, peristiwa ricuh di akhir Agustus lalu menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. Aksi yang awalnya dimaksudkan untuk menyuarakan aspirasi justru menimbulkan kerugian sosial, ekonomi, bahkan mengganggu stabilitas pemerintahan.

“Kita bisa belajar dari situ. Aksi boleh, tapi harus bermartabat. Pemerintah pun perlu memperkuat kanal komunikasi agar aspirasi masyarakat tersalurkan tanpa harus turun ke jalan,” jelasnya.

Fernando juga mengusulkan adanya lembaga khusus atau badan aspirasi nasional yang bertugas menampung suara rakyat secara langsung, agar proses partisipasi publik tidak selalu berujung di jalanan.

“Kalau rakyat tahu ke mana harus menyampaikan aspirasi, mereka tidak perlu berteriak di jalan. Pemerintah cukup menyiapkan telinga yang mau mendengar,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Fernando menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, aparat, dan pemerintah untuk menjaga kedamaian menjelang 20 Oktober. Ia juga menilai, peran Polri dan lembaga intelijen krusial dalam membangun komunikasi yang sehat dengan kelompok masyarakat agar tidak ada lagi penyusupan atau provokasi dalam setiap aksi sosial.

“Kalau komunikasi dibangun sejak awal, tidak akan ada lagi penunggang gelap. Aksi rakyat harus dijaga tetap murni dan terhormat,” ucapnya.

Menutup perbincangan, Fernando menyampaikan pesan reflektif bahwa satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran harus dijadikan momentum introspeksi bukan konfrontasi.

“Perjuangan sejati hari ini bukan lagi di jalanan, tapi di ruang dialog. Karena bangsa besar dibangun dengan pikiran jernih, bukan dengan amarah,” tandasnya.

Dengan narasi yang mengajak damai, Podcast Koma.id berharap masyarakat menjelang 20 Oktober 2025 dapat tetap kritis, namun cerdas dan bermartabat menyuarakan aspirasi tanpa provokasi, menjaga demokrasi tanpa anarki.