Nyatanya Sering Tebar Hoaks, Gerakan Santri Madura Sesali Pernah Pilih Prabowo

oleh -210 Dilihat

JAKARTA – Gerakan Santri Madura (GSM) mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak masing-masing paslon. Dalam pilih pemimpin, lihatlah rekam jejaknya, prestasinya apa, kinerjanya apa.

“Kalau prestasinya kerap berdusta dengan menyebarkan fitnah dan berita bohong atau hoaks maka sekali lagi jangan pilih dia. Kepalsuan, kebohongan atau hoax bukanlah hal yang mendatangkan maslahat,” ungkap Koordinator GSM Sayuti saat deklarasi di Pulau Dua Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2019).

“Kami dulu pendukung Prabowo tapi sekarang kapok pilih Prabowo. Gara-gara hoaks Ratna Sarumpaet, selang cuci darah, Grobokan maka kami sepakat beralih dukungan ke Jokowi – Ma’ruf,” kata Sayuti lagi.

Lebih lanjut, Sayuti mengaku keputusan mendukung pasangan dengan nomor urut satu ini atas dasar masukan dari berbagai santri Madura yang bermukim di berbagai daerah. Pertimbangannya karena lebih rasional dan objektif. Selama empat tahun memimpin, Presiden Joko Widodo telah memperlihatkan kinerjanya yang baik di berbagai bidang dan lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia puas dengan kinerjanya.

“Kami ingin Presiden Joko Widodo melanjutkan kepemimpinannya untuk lima tahun mendatang atau untuk satu periode lagi. Kami percaya beliau pasti akan bekerja lebih keras lagi di periode berikutnya. Jokowi sudah terbukti dan teruji, jadi tidak perlu belajar lagi dari nol dan pasti langsung tancap gas,” tambah Sayuti lagi.

Pihaknya menyakini publik tanah air khususnya masyarakat Madura akan memberikan dukungan kepada pasangan Capres – Cawapres RI Joko Widodo-Maruf Amin (Jokowi-Maruf). Terlebih usai menonton Debat Capres Cawapres perdana yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemarin.

“Jokowi sebagai petahana terbukti dalam bekerja di 4 tahun pemerintahannya sehingga bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” ucapnya.

Selain deklarasi, massa GSM juga berunjuk rasa didepan Gedung DPR RI untuk meminta wakil rakyat turun gunung menyelesaikan persoalan hoaks yang sangat meresahkan masyarakat. 

“Berita hoaks yang gentayangan didunia maya masih menjadi trend menakutkan di proses pemilihan Presiden 2019, termasuk media sosial. Tengok saja hoaks PKI bangkit, hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet hingga hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos,” bebernya.

“Sangat miris jika ada calon pemimpin maupun pengikutnya baik yang duduk di Senayan maupun lainnya itu justru kerap berdusta dengan ikut andil menyebarkan berita hoaks. Apa jadinya negara jika dipimpin oleh orang yang kerap berdusta, gampang berbohong. Belum jadi penguasa sudah berbohong dan tidak bisa memegang ucapannya. Gampang sekali berbohong. Pemimpin model begini kerap mengobral janji dengan tebar pesona memberi angin surga ke rakyatnya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.