2 Tahun Bergulir, Kasus Novel Baswedan Dimanfaatkan Untuk Politik Pilpres 2019

oleh -112 Dilihat

JAKARTA – Gerakan Indonesia Bersih (GIB) untuk Perubahan menyakini acara 2 tahun kasus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bakal dijadikan alat kampanye oleh kubu lawan petahana.

Koordinator aksi GIB untuk Perubahan Ikhwan menyebutkan jika momentum itu bakal ditarik-tarik ke ranah politik. Seperti acara sholat subuh berjamaah yang bertajuk “Solidaritas Penegakan Hukum untuk Novel Baswedan” yang identik dilakukan oleh massa 212 notabene pendukung paslon 02.

“Orang awam juga sudah tahu, kalau 2 tahun Novel justru jadi dagangan politik alias alat kampanye untuk menyerang Jokowi. Novel cuma jadi tumbal, padahal kasus itu sudah masuk ranah Polri. Presiden pun tidak melakukan intervensi dan menyerahkan sepenuhnya ke ranah hukum,” ungkap Ikhwan.

“Rakyat makin muak dengan tingkah penyidiknya yang bermanuver melakukan politik praktis. Jangan salahkan jika nanti rakyat makin apatis ke KPK,” sebutnya lagi.

Hal itu mengemuka saat ratusan massa GIB untuk Perubahan berunjuk rasa didepan Gedung KPK Jakarta Selatan, Selasa (9/4/2019).

Dalam aksinya, massa juga membawa keranda mayat sebagai simbol KPK mati rasa lantaran terkontaminasi politik praktis serta diramaikan alunan musik rebana.

Menurutnya, acara 2 tahun Novel hanya jadi syahwat perebutan kekuasaan politik dalam hal ini Pilpres 2019. Dia menuding ada penumpang gelap memanfaatkan kasus Novel sebagai isu politik demi menyerang Jokowi.

Ratusan massa GIB itu juga terus menerus menyerukan agar Novel untuk stop bermain politik. Mengingat pria yang dihembuskan kabar sebagai kader Partai Gerindra ini, disinyalir mulai menguatkan narasi guna konstruksikan rakyat berpikir negatif di momen 2 tahun kasus teror terhadapnya yang jatuh pada Kamis 11 April 2019 mendatang.

“Jangan berpolitik KPK bukan lembaga politik. Kalau ingin berpolitik gabung ke parpol,” tegasnya lagi.

Selain itu, masih kata Ikhwan, narasi mengenang dua tahun kasus teror Novel, secara tersirat sebagai konspirasi jahat dalam berpolitik. Alasannya karena  berlindung di balik tembok lembaga super body alias KPK beridentik institusi netral.

“2 Tahun kasus Novel ini jelas perbuatan politik merongrong Pilpres 2019 dengan tujuan menggerus suara dan menggerus suara paslon,” bebernya.

Dia menambahkan tindakan menyeret institusi KPK secara tersirat ke pusaran politik, bertanda buruk bagi eksistensi KPK, karena lembaga pimpinan Agus Rahardjo ini bakal berhadapan dengan gelombang massa setiap hari.

Rakyat bakal terus kesal akibat hal tabuh dalam konstitusi nekat diterabas Novel sebagai penyidik KPK lewat operasi senyap demi hasrat politik negatif.

“Novel bermain politik sama saja melanggar hal yang sangat tabuh dalam konstitusi. Bahaya kalau KPK tidak cepat ambil keputusan evaluasi Novel,” tutupnya.

Untuk diketahui, hembusan kabar Novel sedang bermain di pusaran politik juga merujuk pada pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Piuyono mengatakan Novel adalah ‘Orang Kita’. Kemudian Jubir Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi, Andre Rosiade bahwa, bila Prabowo menang di Pilpres 2019, Novel diberikan jabatan Jaksa Agung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.