Habib Syakur: Isu Karyoto Ngamuk Hanya Akal-akalan untuk Pecah Belah Polri

oleh -5 Dilihat

Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid menegaskan bahwa isu yang beredar terkait Irjen Pol Karyoto “ngamuk” karena tidak diangkat sebagai Kabareskrim hanyalah upaya dari pihak luar untuk memecah belah soliditas internal Polri.

Menurut Habib Syakur, narasi yang berkembang di media sosial maupun sejumlah media daring tidak dapat dijadikan dasar untuk menggoyahkan kepercayaan publik terhadap institusi Polri, terlebih di bawah kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang dinilainya berhasil menjaga stabilitas, profesionalitas, dan loyalitas jajaran kepolisian.

“Saya yakin Polri tetap solid. Tidak mungkin ada perwira tinggi bersikap seperti itu. Isu ini jelas digoreng oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memperkeruh suasana ditengah-tengah Polri yang kian presisi,” tegas Habib Syakur dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Ia menilai bahwa penyebaran kabar Irjen Karyoto “protes” dan bahkan “mengamuk” hanya bertujuan untuk menciptakan kesan adanya perpecahan di tubuh Polri, padahal tidak ada bukti resmi maupun pernyataan langsung dari pihak yang bersangkutan.

“Kalau benar terjadi, pasti akan ada klarifikasi langsung dari Polri. Tapi yang kita lihat justru sebaliknya, Polri tetap tenang, fokus bekerja, dan tidak terpancing oleh opini liar,” lanjutnya.

Habib Syakur juga menyayangkan adanya upaya membenturkan Irjen Karyoto dengan Kapolri Jenderal Sigit, apalagi dengan mengangkat narasi “senioritas” dan “rasa kecewa.” Menurutnya, dinamika jabatan adalah hal biasa dalam lembaga hierarkis seperti Polri dan harus dilihat sebagai bagian dari strategi organisasi, bukan sekadar janji personal.

“Jabatan adalah amanah dan rotasi itu wajar. Polri itu institusi besar, bukan tempat adu ambisi. Jenderal Sigit sudah menunjukkan kepemimpinan yang matang dan adil selama ini. Kita justru harus mendukung agar Polri tidak terus diserang dari dalam dan luar,” ujar ulama asal Malang itu.

Lebih jauh, ia menilai bahwa narasi semacam ini kerap muncul saat institusi negara mulai menunjukkan ketegasan dalam menjaga stabilitas keamanan nasional.

“Kalau Polri lemah, negara ini bisa terpecah. Maka jangan sampai kita ikut memperkeruh suasana dengan menyebarkan informasi yang tidak diverifikasi. Ini bisa disebut psychological operation oleh pihak yang tidak suka melihat Polri kuat,” tandasnya.

GNK pun mengajak masyarakat untuk bijak menyikapi isu-isu sensitif yang menyangkut lembaga negara khususnya korps Bhayangkara.

“Polri di bawah Jenderal Listyo Sigit itu bukan hanya kuat secara struktur, tapi juga solid secara kultur. Jangan mau dibenturkan oleh pihak luar yang hanya ingin menghancurkan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum,” tutup Habib Syakur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.