Jakarta – FKAAI menyatakan komitmennya untuk memperkuat toleransi dan persatuan bangsa serta jaga kondusifitas kamtibmas menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026 dalam acara Hut Yayasan FKAAI ke-4 .
Kelompok Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia (FKAAI) dalam acara peringatan HUT FKAAI ke-4 tahun 2025 menyatakan komitmennya untuk menjaga persatuan bangsa guna mendukung terciptanya situasi kamtibmas menjelang peryaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026 mendatang.
“Ustadz Nasir Abas selaku Ketua Dewan Pembina FKAAI menyatakan komitmennya untuk membantu aparat kepolisian dalam menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025-2026 di wilayah DKI Jakarta,” katanya, Selasa (09/12/2025).
Acara peringatan HUT FKAAI ke-4 ini digelar di bawah Fly Over Samping MRT Benhil, Jakarta dan dikemas dengan kegiatan Doa untuk Bangsa dan Sosialisasi Anti IRET (Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme) sekaligus menjadi ruang refleksi, edukasi, serta seruan moral bagi masyarakat untuk memperkuat toleransi, nilai Akhlakulkarimah, perdamaian, dan keadilan beradab di tengah tantangan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia.
Acara diawali dengan sambutan Ketua Yayasan FKAAI, Saman, yang menegaskan komitmen FKAAI dalam membangun generasi damai, menolak kekerasan, serta mengedepankan nilai kemanusiaan dan persaudaraan.
“FKAAI hadir untuk menanamkan nilai akhlakulkarimah dan budaya damai. Kami ingin anakanak Indonesia tumbuh tanpa kekerasan, tanpa bullying, dan jauh dari pengaruh radikalisme maupun narkoba,” ujar Saman.
Momentum kegiatan semakin khidmat dengan Doa untuk Bangsa yang dipimpin oleh Ustadz Mbah Zarkasih, yang mendoakan keselamatan Indonesia, persatuan bangsa, serta kekuatan bagi saudara-saudara sebangsa yang tengah tertimpa musibah dan bencana di berbagai daerah.
Suasana haru dan reflektif terasa saat ditampilkan puisi oleh Sarah Darein Salsabila (anak penyintas korban terorisme Bom Kedubes Australia 2004, Iwan Setiawan), berjudul “Tega” yang merupakan puisi Ibu Beliau yang juga menjadi korban dan akhirnya wafat. Puisi ini menjadi pengingat bahwa kekerasan dan terorisme meninggalkan luka mendalam, terutama bagi anakanak dan generasi penerus bangsa.
Pesan perdamaian juga disampaikan melalui teatrikal puisi oleh mantan narapidana terorisme (eks napiter) Abdul Rohim Sidik, yang membawakan tema “kami mencintai negeri ini, dengan sejuta masalah para pemimpinnya” karya Syahani Pratama.
Acara juga diisi dengan penampilan band oleh eks napiter, Hamindalid Band, Band yang diampuh oleh Bang Ziad dan Bang Uzair, dkk, yang menampilkan simbol transformasi, rekonsiliasi, dan harapan bahwa perubahan menuju kebaikan selalu mungkin terjadi.
Acara ditutup dengan penegasan komitmen bersama untuk terus menjaga persatuan, perkuat toleransi, menebar kebaikan, dan membangun Indonesia yang damai, beradab, serta bebas dari kekerasan. Melalui kegiatan ini, Yayasan FKAAI berharap dapat terus menjadi bagian dari solusi bangsa dalam membangun generasi yang berakhlakulkarimah, cinta damai, dan bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia.






