Gerakan Damai yang Membumi: Alissa Wahid Buktikan Toleransi Bisa Menyelesaikan Konflik

oleh -17 Dilihat

Jakarta – Putri sulung presiden keempat Republik Indonesia K. H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur terus menegaskan perannya sebagai salah satu tokoh utama dalam gerakan perdamaian dan kemanusiaan di Indonesia.

Kiprahnya berfokus pada menebar jaring perdamaian, menjahit nilai-nilai kemanusiaan di tengah kebinekaan, serta menerobos sekat-sekat perbedaan di akar rumput.

Alisa Wahid secara konsisten menekankan bahwa syarat utama perdamaian adalah adanya keadilan. Ia sering mengutip pesan sang ayah Gus Dur. Perdamaian tanpa keadilan hanyalah omong kosong.

Dalam berbagai kesempatan, ia mengkritisi pendekatan yang hanya mengutamakan harmoni sosial jika cenderung mengabaikan hak-hak konstitusional warga negara, terutama bagi kelompok minoritas.

Selain di dalam negeri, peran Alisa sebagai agen perdamaian juga diakui dunia. Ia pernah menjadi pembicara di Inggris, menceritakan Islam, demokrasi, dan kisah-kisah berharga. tentang NU dan Gus Durian yang disebut menjadi inspirasi bagi perdamaian dan peradaban muslim saat ini.

Alisa Wahid juga kerap menyerukan agar seluruh elemen bangsa kembali merajut persatuan nasional dengan cara meredam fanatisme kelompok. Alisa mengajak masyarakat untuk memiliki kesadaran atas perbedaan tanpa memaksakan suatu pandangan kepada orang lain.

Atas kiprah nyata dan prestasi Alisa dalam menebarkan perdamaian. People of the Year 2025 kategori tokoh perdamaian nasional diberikan kepada Alisa Wahid

Alissa Wahid selaku coordinator jaringan Gusdurian sekaligus putri dari almarhum Gusdur terpilih menjadi People of the Year oleh Metro TV sebagai tokoh perdamaian nasional hingga pelopor tanggap bencana 2025.

Pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat oleh Gusdurian melalui Alissa Wahid tentu saja penghargaan tidak hanya untuk saya sendiri karena saya bekerja juga tidak sendiri, tetapi ini penghargaan kepada seluruh Gusurian dari seluruh penjuru tanah air dan penjuru mata angin.

Karena kita juga punya komunitas Gusdurian di berbagai tempat di dunia dan ini adalah sebagai penyemangat dan peneguh komitmen kita untuk terus memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Mari kita memaknai hal tersebut sebagai sesuatu yang bermakna yang memberikan inspirasi begitu.

Jadi itu tentu sesuatu yang bagi kami sangat berharga. Tetapi tentu kami bekerja bukan untuk mendapatkan niatnya tentu bukan untuk mendapatkan penghargaan.

Jadi kami juga harus tetap menjaga agar kami bisa berjiwa besar dan tidak merasa bangga-bangga yang berlebihan. Ini adalah apresiasi dan harusnya menjadi peneguhan janji untuk kami.

Peneguhan janji bualisa dari lebih 130 komunitas Gus Durian yang tersebar di seluruh Indonesia. salah satu momen berkesan adalah saya hadir langsung waktu itu adalah ke Aceh Singkil.

Waktu itu sedang ada ketegangan antara kelompok muslim dengan kelompok Kristen di Aceh Singkil dan saya ke sana kemudian dua-dua pihak ini bertemu. kita pertemukan dan cukup tegang diskusinya tetapi diakhiri dengan semangat damai.

Jadi dari kedua belah pihak ini menyampaikan bahwa ini pertama kali kami bisa duduk bukan hanya sekedar duduk mendengarkan orang pidato, tapi benar-benar apa yang ada dalam hati kami itu kami keluarkan. Begitu. Jadi walaupun ada ketegangan tapi setelah itu bisa duduk-duduk bersama kemudian bisa punya perdamaian.

Nah, yang kedua itu di Papua, di Papua ini saya tidak bisa hadir ke sana karena ini di remote area gitu ya, di area-area yang sangat di pedalaman sekali yaitu ketika kami membantu masyarakat yang pindah dari desanya karena konflik karena konflik bersenjata itu terus kemudian mereka hidupnya kayak terlunta-lunta gitu dan akhirnya kami Gus Durian bisa membantu mereka untuk membuat honai. Jadi pada saat mereka selesai membuat honai itu, mereka membuat kayak syukuran begitu. Dan itu foto-fotonya dikirim ke saya.

Ini kerja sama antara Gusdurian dengan gereja-gereja di Papua. Nah, itu bagi saya pengalaman-pengalaman seperti itu yang paling berharga. Ada di Aceh Singkil, kemudian di Papua. tentunya sebagai seorang perempuan yang memimpin organisasi keagamaan besar.

Saya sempat diragukan dalam kiprah saya mendamaikan konflik yang terjadi di Masyarakat apalagi kalau organisasi keagamaan kan masih male dominated atau didominasi para bapak-bapak, para laki-laki begitu. Tapi kalau untuk saya, saya setiap kali diragukan yaitu saya ingat Gusdur dulu pernah berkata begini ya itu kan orang belum kenal kamu aja gitu.

Saya Bapak juga sering dinilai ya sudah biarin aja kita setia dengan perjuangan kita gitu. Nah, jadi saya setiap kali diragukan ya berarti saya perlu membuktikan itu aja gitu.

Harapan dan rencana ke depannya, tentu tetap setia kepada perjuangan kami yang paling penting sekarang ini adalah memupuk kepemimpinan anak-anak muda. Karena anak-anak muda Indonesia adalah harapan. kadang-kadang stres gitu, kalau ketemunya sama ketika kepentingan politik itu bermunculan, bertabrakan gitu.

tapi ketika ketemu anak muda, semangat saya kembali muncul gitu kan. Jadi sekarang melalui jaringan Gusdurian kami ingin memperkuat kepemimpinan anak-anak muda supaya mereka lebih paham apa yang sedang dihadapi dan bisa mengambil langkah-langkah gitu.

Dilansir dari sumber yang berbeda pernyataan Alisa Wahid coordinator Gusduria menyatakan Pesan perdamaian dari Alissa Wahid, mengikuti jejak Gus Dur, menekankan bahwa “perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi”, mendorong perjuangan membela kelompok minoritas, melawan diskriminasi, serta menumbuhkan perdamaian dari hal-hal kecil di akar rumput (guru, anak muda, orang tua) melalui kasih sayang, toleransi, dan kebersamaan dalam semangat Islam, Kemanusiaan, serta Indonesia (Islam, Indonesia, NU).

Poin-Poin Kunci Pesan Perdamaian:

1. Keadilan adalah Fondasi Perdamaian: Perdamaian sejati tidak bisa dicapai tanpa keadilan. Tanpa keadilan, perdamaian itu semu dan mudah hancur.

2. Bela Minoritas dan Lawan Diskriminasi: Jaringan Gusdurian berkomitmen membela kelompok agama minoritas dan siapa pun yang mengalami persekusi atau penindasan, seperti yang dicontohkan Gus Dur.

3. Perdamaian dari Hal Sederhana: Perdamaian dimulai dari tindakan kecil sehari-hari, seperti guru yang sabar, anak muda yang berbagi ide, orang tua yang peduli, menumbuhkan rasa aman dan saling percaya.

4. Semangat “Islam, Indonesia, NU”: Warisan Gus Dur adalah perjuangan untuk Tuhan, Indonesia, dan NU, bukan untuk kepentingan pribadi. Nilai-nilai ini harus dirawat untuk kehidupan yang lebih baik.

5. Waspada Sentimen Sektarian: Penting untuk mewaspadai sentimen yang memecah belah berdasarkan agama atau kelompok, karena ini bertentangan dengan semangat persaudaraan sejati.

6. Toleransi dan Kemajemukan: Mendorong setiap individu untuk menerima perbedaan dan tidak memicu kebencian, serta menghargai peran setiap warga negara dalam membangun bangsa.

Intinya, Alissa Wahid mengajak kita untuk aktif memperjuangkan keadilan, membela yang lemah, dan menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi dari lingkup terkecil hingga skala nasional, sesuai prinsip-prinsip yang diwariskan Gus Dur melalui jaringan Gusdurian berakar kuat pada prinsip bahwa perdamaian sejati tidak dapat dipisahkan dari keadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.